Rabu, 10 Juni 2009

Bangun Akhi? Tunjukan Kembali Taringmu

Langkahmu kini tak setegap dan setenang dulu Akhi, raut mukamu nampak muram tak bercahaya seperti dulu, kini nampak nafsu mendominasi setiap langkahmu ketimbang pikiran jernih yang dulu aku banggakan. dan itu menjadi salah satu ciri khas terhebatmu Akhi. Kemanakah militansi yang dulu kau jadikan genderang perang jihadmu akhi?, lupakah kau dengan statemen yang kau keluarkan dulu,
“ Jangan jadi reaksiner yang hanya kaget melihat perubahan, namun jadilah salah satu unsur dari perubah”.

Aku masih ingat saat kau keluarkan ultimatum tersebut, otot- otot lehermu nampak ikut andil menggambarkan semangat mujadid. Matamu merah menyala penuh api kesungguhan dan tanganmu yang kokoh nan berotot itu kau ayunkan keatas diiringi pekikan takbir Ilahi Allahhu Akbar!!!.

Dan sekarang dimanakah kau akhi?.
Bukankah kita sepakat untuk merubah dunia menurut konsep Allah?, mengatakan hitam adalah hitam, putih adalah putih, dan menjadikan Qur’an hadist jalan hidup kita. Kendatipun ku biarkan kau tenggelam dalam lautan Hedonis!, aku tetap di bikin pusing !, karna kau adalah aku dan aku adalah kau, jika kau paham dengan itu Akhi?.
“ Belum sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.
Tanganmu tanganku, kakimu kakiku, matamu mataku, telingamu telingaku, mulutmu mulutku, hidungmu hidungku juga sebaliknya. Maka itu, tak kuridhoi gemerlap Dunia menyentuh ragaku walaupun pun itu bukan milikku dan bukan pula tubuhku !.

Kembalilah kau akhi?.
Aku salut melihat ghiroh mu yang dulu saudaraku, aku kangen pada saat- saat kita menghabiskan setengah malam untuk bertaqkhorob kepada Allah seperti dulu saudaraku, aku rindu dengan untaian - untaian ayat suci al qur’an yang senantiasa keluar dari kedua bibirmu saudaraku, aku sedih, muak dan benci dengan apa yang ada di sekelilingmu sekarang saudaraku!, tak cemburukah kau melihat aku begitu asiknya uncang-uncang kaki di surga bersama empat puluh Bidadari, sedang kau berteriak -teriak minta ampun dengan dikelilingi oleh api neraka yang membakar sekujur tubuhmu dari kaki hingga ubun-ubunmu.
Seandainya mulut ini kering, seandainya tangan ini buntung aku akan tetap mengajakmu, tetap memelukmu biar itu sampai seribu tahun lagi, karna kau adalah aku dan aku adalah kau.........!

kudedikasikan buat kawan-kawanku seperjuangan dulu
Jagakarsasa jaksel menjelang pemilu Juli 2004

kamuflase ataukah apa

“Aku tidak akan menikah, aku masih mencintai dan akan mencintai ka santo selamanya.”
Kata itulah yang semalam aku lontarkan kepada kedua orang tuaku saat duduk bersama di ruang keluarga, nada suaraku menekan penuh emosi sambil meremas kuat bantal yang sedari tadi tergeletak di pangkuan. disusul beberapa menit kemudian kepergianku menuju kamar tanpa mempedulikan kedua orangtuaku yang menatap tajam laksana anak panah yang hendak melejit. Entah sudah yang keberapa kalinya orangtuakau melemparkan wacana agar aku mencari pengganti bapak dari putriku. alasan mereka anakku masih kecil dan butuh figur seorang bapak yang senantiasa mengayomilah dan tetek bengek omongan yang membuatku jengah. Ah masa bodoh apa itu namanya yang pasti aku sendiri masih bisa melindungi dan mengayomi putriku.
Pukul 23.30 Malam, aku tak bisa tidur dan masih memikirkan kata-kata dari kedua orang tuaku, padahal kata-kata itu sudah sering dilontarkan orang tuaku, tapi anehnya aku baru memikirkannyan sekarang. mungkin lantaran frekuensinya berulang atau suasana malam inilah yang menghantarkan aku untuk tenggelam dan memikirkannya. Hujan begitu deras disusul sambaran gledek yang begitu teramat menakutkan, tapi betapapun ngerinya situasi itu, takmembuatku takut sedikitpun. malah kini anganku melayang disaat pertamakalinya aku bertemu hujan, dengan suara geledek yang menggemuruh sekamar berdua bersama kak Santo.
Malam itu tiga hari pas setelah hari pernikahanku, aku begitu takut, sampai-sampai reflek aku memeluk tubuh kekar kak Santo yang ada tepat di sampingku. sambil menangis terisak aku benamkan wajahku ke dadanya. bisa dibayangkan hujan itu begitu derasnya walau aku tak sempat melihat airnya, tapi angin badai yang menyelonong masuk dan meniup-niupkan kain kordeng kamarku sudah cukup membuktikan bahwa hujan yang terjadi diluar begitu derasnya, ditambah lagi suara seperti hantaman batu-batu besar yang saling beradu dan bunyi seperti ribuan pecahan kaca yang jatuh menimpa genting terdengar pekak di telingaku. jantungku berdegap dengan kencang saat itu. akhirnya pelukakanku bertambah erat dan wajahku kubenamkan lebih dalam ke dada kekar kak Santo. namun tiba-tiba ketakutanku itu mendadak berubah menjadi rasa aman dan tentram yang teramat sangat ( saat itulah yang pasti diinginkan seorang perempuan termasuk aku juga), ketika sebuah untaian kata keluar dari bibir seorang laki-laki yang begitu aku cintai, dan ia pun mencintai pula diriku dengan tulus.
“ Jangan takut sayangku, kaka selalu ada disampingmu”
Setelah ia mengucapkan itu, ia mencium keningku dengan lembutnyanya. Jemari tangannya menggiring daguku untuk lebih dekat dengan wajahnya. kini wajah kami saling berhadapan satu sama lain. bibir kak Santo hanya berjarak kurang lebih dari satu senti dari bibirku. Satu menit kemudian tangan kak santo melingkar di kepalaku, sambil membelai rambutku ia mendekatkan bibirnya, lalu ia mencium bibirku dengan teramat lembutnya. Mungkin itulah ciuman yang termanis yang pernah kualami selama bersama Kak Santo, dan seterusnya aku di bikin seperti burung melayang mengikuti alur alam, kemudian menembus batas-batas dimensi, ruang, dan waktu, serta ketenanganku melebihi dari ketenangan sang rahib yang bersembunyi di biara-biara. Beberapa menit kemudian kami sudah tenggelam dalam kemesrahan yangku buat bersama kak Santo. aku merasa Malam itu malam yang begitu teramat romantis buatku tak mempedulikan gledek yang menyahut-nyahut dari luar. aku seperti halnya seorang bocah yang merasa tenang di tetek ibunya, seperti putri salju yang merasa bahagia bersama pangeran yang membangunkannya setelah ribuan tahun tertidur, seperti halnya sinta yang bertemu kembali dengan Rama setelah sekian lama ia dipenjara oleh Rahwana, atau bahkan seperti halnya Adam dan Hawa yang bertemu untuk pertamakalinya di Dunia fana setelah perpisahan mereka di Surga. Mungkin itulah kemesraan yang sempat aku rasakan, sama seperti yang mereka rasakan pada saat-saat bersama seseorang yang mereka kasihi. Tapi saat itu sudah berlalu dan kini semuanya hanyalah menjadi kenangan manis ku bersama kak Santo suami yang sangat aku cintai sekaligus aku..., akh aku tidak bisa mengatakan itu.
Mendadak aku tersadar dari lamunanku, suara gemuruh dan kilatan petir menyentakan aku dari posisi tiduranku. putriku yang ada disamping terbangun dan dia menangis, kini ia memelukku erat sambil berucap.
“ Bunda Putri takut bunda!”
Tanpa disadari air mataku menetes membasahi pipi. Aku teringat ketika itu kak Santo ingin memberikan nama anaknya yang masih dalam kandunganku yang belum genap tiga bulanan dengan nama Putriku Agustina Ramahayu. ramah seperti ibunya dan cantik seperti ibunya pula jawabnya singkat sambil menarik hidungku ketika aku menanyakan perihal pemberian nama itu. Sebelumnya, sewaktu ia baru mengetatahui perihal kehamilanku yang menginjak dua bulan. kak Santo sudah repot kesana kemari untuk mencari nama yang pas buat anaknya kelak. Dari buku ......... terbitan tempo dulu sampai sekarang ia ia beli demi mencari nama yang cocok. sempat suatu hari ia menyodorkan lis nama-nama indah kepadaku, namun yang membuatku kaget adalah ada hampir seratus nama-nama indah tertulis di lis tersebut. Aku hanya bisa tersenyum dan geleng kepala saja saat itu melihat tindakan yang dilakukan suamiku. Kemudian keesokan hari berikutnya ia kembali menyodorkan lis nama-nama. bedanya kali ini hanya ada dua, satu nama putri dan satu nama putra. kedua-duanya sangat bagus menurut penilaianku. Akhirnya setelah dirasa cocok ia sangat senang sekali setelah seminggu massa pencariannya ia baru menemukan sepasang nama yang cocok. Tapi, kembali dua hari berikutnya sepulang dari kantor ia datang dengan membawa pusing yang bukan main, aku sendiri sempat dibikin bingung, aku takut jika terjadi apa-apa dengannya dan itu sempat membuatku cemas. namun untung yang ku bayangkan tidak terjadi, malah kini ia mengatakan kepadaku dua nama tadi dirasa kurang cocok buat nama anaknya “ terlalu feminim buat cowok dan terlalu maskulin buat cewek”.ucapnya.
Akhirnya semenjak kejadian itu dia kembali mencari nama-nama yang pas buat anaknya. tentu saja kali ini lebih selektif dari yang dulu, ia ingin agar tidak cepat gegabah dalam memutuskan, dan tidak mau mengulang kejadian tempo lalu jawabnya serius. suatu hari setelah menerima hasil USG bahwa anak yang ada dalam kandunganku berjenis kelamin seperti ibunya, ia akhirnya menentukan sebuah nama cantik buat calon putrinya saat sedang bersantai-santai pagi hari.
“Putriku Agustina Ramahayu”
teriaknya keras disaat ia sedang meminum kopi dan membaca koran di teras, dan teriakannya itu sempat ku dengar sampai ke dapur saat aku sedang memasak sarapan pagi. Ia langsung berlari mencariku ke dalam rumah, setelah ia menemukan aku berada di dapur saat aku sedang menggoreng nasi kesukaannya nasi goreng campur sosis. Ia langsung memelukku dari belakang dan mengangkatku tinggi-tinggi dengan penuh kegirangan.
“ Dek, Kaka sudah menemukan nama yang cocok buat putri kita.” Aku yang masih memegang penggorengan dan mengenakan celemek menempel di tubuhku, hanya bisa meronta-ronta kaget untuk meminta di turunkan segera. malah tindakanku itu menambah gemas kak Santo, kini aku diputar-putarkannya cukup lama, namun setelah aku berkata bahwa anaknya yang ada dalam kndunganku akan merasakan pusing, barulah ia menurunkanku. setelah itu aku didudukan di sebuah kursi makan yang terletak tidak jauh dari kami.
“ Dek namanya Putriku Agustina Ramahayu, bagaimana menurut kamu.” Ucap Kak Santo. Ia duduk dibawah hanya bertopangkan lututnya. kepalanya ia sandarkan di perutku kemudian jemari tangannya memegang jemariku tanganku erat penuh kasih sayang.
“ Ehm.......” jawabku
“Ayolah Dek kaka gak mau berlaku otoriter, kaka mencoba demokrtis kok.” Jawabnya singkat disusul kecupan hangat berasa di perutku.
“ Menurut Adek itu nama yang bagus lho Kak.”
“ Ah masa, benar nih Dek cantik”
“ Bener suer.” Ucapku centil sambil mengangkat kedua jari.
“ Tapi kenapa kaka ingin memberi nama anak kita dengan nama itu.”
“ Ehm...., singkat.” Katanya sambil memandang mataku.
“ Yah kenapa” aku penasaran
“ Ehm...”
“ aku ingin anakku cantik seperti ibunya dan ramah seperti ibunya Pula.” Langsung jemari Kak Santo sudah menarik hidungku dan itu membuatku gelagapan. Kemudian setelah lepas dari tangan kak Santo aku kembali bertanya.
“ trus Agustina.”
“ Agustina karna prediksiku akan lahir pada bulan agustus, kalau bulan september pasi lucu jika nanti kaka beri nama Putri kita Putriku september Ramahayu.” Gumannya mendadak membuatku tertawa dan ia hanya tersenyum memandangku . Setelah itu Kak Santo menarik hidungku untuk yang kedua kalinya. Kembali aku meronta-ronta berusaha untuk melepaskannya. namun kali ini jalan persuasif tidak mampu akhirnya aku membalasnya dengan mencubit lengan Kak Santo dan itu sempat membuatnya berteriak kesakitan.
“ Aduh!, kamu main curang dek.”
“ Lagian kakaknya kegenitan.”
“ Masa bodoh adek pengen cubit kaka sekencang apapun kaka gak akan lepasin, lagian suruh siapa kamu punya wajah yang bikin kaka gemas.” kini Ia makin sengit menarik-narik hidungku.
“ Uhm lepaskan.” Teriakku manja.
“ Oke, kaka akan lepasin tapi.”
“ Yah udah lepasin cepat. Gak ada tapi-tapian”
“ Ehm.... kalau kaka lepasin kamu, kamu mau berjanji untuk menjadi seorang ibu yang baik dan istri yang setia.”
“ Heem.” Jawabku singkat sekedar menjadi alasan supaya ia segera melepaskan tangannya dari hidungku. Setelah kak Santo melepaskan tangannya, aku kembali berkata.
“ kayanya untuk menjadi seorang ibu yah, dan untuk menjadi seorang istri setia aku mesti mikir-mikir dulu deh kak”
“ lho kok.” jawab Kak Santo serius.
“ Yah itu harus.” Ucapku datar
“ maksud adik.”
“ Untuk seorang suami playboy seperti kaka.” kemudian setelah mendengar itu mata kak santo melotot menatapku, sebelum sempat ia berkata aku sudah menyerangnya kembali dengan kata-kataku.
“ Kaka mau tahu jawaban adek.”
“ Heem?.” Jawabnya penasaran.
“Jawabnya adek Tidak dan gak akan mau titik.” setelah itu aku berlari ke kamar sambil tertawa akan kemenangan telah puas membuat suamiku penasaran, Tidak lama kemudian dari belakang kak Santo berteriak manja sambil mengejar ku.
“ Hei......., awas yah kalau ketangkap kaka tarik hidung adek sampai panjang biar kaya pinokio.”
“ Masa bodoh.” Jawabku membelakangi Kak Santo.
Itulah kisah yang pernah aku jalani bersama suamiku tercinta. kisah yang membuatku tak bisa lepas, tak bisa bertahan, dan akh tak tahu!. Namun yang pasti Tuhan berkehendak lain, tuhan lebih mencintai suamiku untuk lekas berada disamping Nya tanpa sempat melihat putrinya yang cantik terlahir lebihdahulu di dunia.
Aku memeluk putriku dengan eratnya, kemudian tanpaku sadari air mata bertambah deras keluar dari kedua kelopak mataku ini. aku berusaha untuk tegar saat mengucapkan kata yang akan kucoba utarakan kepada Putriku, sama seperti diucapkan oleh suamiku kepadaku terdahulu.
“ Jangan takut Sayang, Bunda selalu ada disamping mu”.
Aku menghela nafas panjang setelah itu. sambil menyeka air mata nya, aku menciumi rambut putriku yang ada di dekapanku. ialah anak dari buah perkawinanku dengan Kak Santo lima tahun yang lalu. dan kini putriku berumur empat tahun, bulan besok ia akan merayakan ulang tahunnya yang ke lima. sepertihalnya ulang tahun- ulang tahunnya yang terdahulu ia tidak pernah meminta sesuatu apapun dariku kecuali Foto ayahnya yang aku simpan untuk ditunjukan kepadanya, lalu foto itu ia bawa kepada teman-teman sebayanya sekedar memberitahu bahwa gambar lelaki yang ada di dalam foto itu adalah bapaknya.
Setiap hari dalam kehidupanku sampai sekarang, aku tidak pernah memajang foto suamiku di dinding rumah atau di meja riasku. aku tak kuat menahan sedih acap kali aku melihat wajahnya, seakan-akan ia tersenyum kepadaku dan lalu, beberapa detik kemudian airmataku menetes. aku benar-benar rapuh dan larut dalam kesedihanku yang mendalam, dan itu memakan waktu lama untuk memulihkannya kembali. karena itulah foto kak Santo selalu kusimpan di dalam kotak dan tidak pernah aku buka. Aku jadi teringat saat Ultah Putriku setahun yang lalu. Waktu itu aku memang merayakannya dengan pesta yang lumayan mewah itu juga karena opa dan oma memaksanya demi cucu kesayangan katanya. Suatu ketika Putri menunjukan foto itu kepada oma opa dengan bangganya seperti umumnya anak kecil yang masih polos.
“ Oma Putri punya ayah oma, ini fotonya lihat” ucap putriku.
seketika itu ibuku langsung menangis terseduh dan memeluk putriku. begitu juga dengan ayah dan saudara-saudaraku yang lain mereka menangis terharu melihatnya. Perihal peristiwa itulah yang menjadikan alibi orang tuaku agar secepatnya aku mencari suami sekaligus bapak baru untuk putriku. namun tetap kutolak dan kutolak terus sampai sekarang.
Pernah suatu hari dan hampir sering aku ditanya perihal ayahnya, namun setiap kali aku ditanya tentang ayahnya oleh putriku, aku hanya berkata bahwa ayah sedang bermain-main dengan merpati, kue coklat, es Krim di negri jauh. Sempat pula ia menanyakan negri tempat ayah bermain itu dimana. Aku terdiam, kemudian dengan tegarnya aku menjawab bahwa negri itu ada di atas langit-langit dan kamu bisa mencapainya jika kamu pintar dan mendapat rengking satu di sekolahmu nak. Kemudian karna kata-kataku itulah Putriku berusaha untuk mencapai rengking satu dikelasnya. Dan kahirnya saat Putriku mendapat rangking tetinggi di sekolahnya, kelas dua waktu itu. Seperti halnya pemberian piala atau mendali pada umumnya, setiap anak berprestasi naik ke atas panggung untuk menerima piala yang di dampingi bapaknya. Namuan ketika giliran moderator memanggil Putriku untuk naik, mendadak saat itu juga putriku mogok tidak mau naik ke atas panggung. dia ngambek dan setiap kali aku bujuk agar mau naik ke atas panggung ia hanya berontak dan tetap menangis malah tangisannya itu bertambah keras. karna ulahnya akhirnya kepala sekolah dan wali kelasnya turun tangan membujuknya untuk mau naik dan menerima piala. tapi apa jawabannya membuat diriku tersentak dan hampir saja meneteskan air mata kalau saja ditempat itu sepi.
“ Putri gak mau naik karna Putri gak punya ayah, sementara teman-teman Putri yang lain semuanya punya ayah.”
“ Putri punya ayah nak sama dengan teman-teman putri.” Ucapku kepada Putriku di saksikan kepala sekolah dan wali kelasnya.
“ Bohong bunda tukang bohong!. Putri sudah mendapat rengking satu tapi mana Ayah, gak ada Bunda bohong.”
Gumannya tinggi sambil meronta-ronta. perasaan hatiku waktu itu seperti diiris-iris ribuan silet, bahkan yang kurasakan sama seperti halnya saat pertama kali mendengar kematian almarhum suamiku. namun apa yang bisa kulakukan, hanya diam dan berusaha untuk kembali tegar sementara Putriku tetap tidak mau naik. Pada akhirnya piala itu diserahkan juga di bawah panggung oleh kepala sekolah.

Sore itu tujuh tahun yang lalu di sebuah lampu merah arah ke Sudirman macet total. bahkan sepeda motor yang kutunggangipun tak bisah masuk kecelah-celah mobil yang berderet panjang. aku sendiri tidak tahu mana awalnya dan mana juga ujungnya. yang pasti aku hanya bisa bersabar dan tetap bersabar menunggu mobil depan bergerak sedikit-demi sedikit sambil ditemani kepulan asap bekas pembakaran mesin kendaraan bermotor, dan juga tentunya dengan panasnya temperatur Jakarta yang kian hari kian meninggi .
Traffic-light menyala hijau setelah sekian menit merah dan itu membuat kadar emosiku memerah. Akhirnya setelah sekian lama terdiam lampu merah akhirnya menghijau tapi sebuah bus berhenti tak mau jalan, Namun Karna kesal setelah sekian lama terjebak macet dan baru kali ini ada peluang untuk berjalan aku mendadak menekan rem motor tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu. Tiba-tiba dari arah belakang menyeruduk sepeda motor dengan plat nomor B 6617 AH yang membuat suara dentuman lumayan keras. Aku langsung terplanting ke bahu jalan, kepalaku meluncur lebih awal tanpa ada pengaman kepala ( maklum dulu belum ada peraturan yang mewajibkan pengguna kendaraan roda dua untuk memakai helm). untungnya bahu tanganku melindungi kepalaku dari benturan. wal hasil, hanya tanganku saja yang lecet terkena gesekan aspal. Beberapa menit setelah kejadian itu aku terkapar sambil merintih kesakitan. sesekali melihat kondisi motorku, tapi naas apa yang kulihat splakbord belakang motor belakangku ku ringsek. belum sempat tersadar dari traumaku, tiba-tiba sebuah tangan dari samping memegang pundakku dan memapahku ke pinggir jalan.
“ Maaf saya tidak sengaja .” ucapnya.
aku masih kalut dan tidak menghiraukan pertanyaan laki-laki tersebut. fokusku hanya pada motorku saja dan kulihat sedang di pinggirkan oleh sukarelawan ke atas trotoar. masalahnya itu motor dinas milik ayah yang sangat ia dicinta ( kadang aku sering cemburu merasa diduakan oleh Ayah gara-gara motor ini). malah sebelum memakai motor, aku sempat ngambek terlebih dahulu kepada ayah. tidak mau kuliah kalau tidak memakai motor. tapi karena aku anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara dan aku anak paling bontot, akhirnya ayah mengizinkan pula.
“ Anda tidak apa-apa nona”
suara laki-laki itu kembali terdengar. Namun aku masih menghiraukan suara itu. Dengan menahan perih di kedua lenganku, aku berjalan tergesah menuju motor yang ku kendarai, tanpa mempedulikan kerumunan massa berkrumun memandangku dan sepasang tangan asing yang sedari tadi memapahku.
“ Ya ampun, ayah bisa marah nih” gumanku dalam hati setelah posisiku dekat dengan motor.
“ Nona anda tidak apa-apa.” Suara itu kembali terdengar. Dan aku hanya memandang
“ Anda yang bener dong nona kalau mau ngerem jangan mendadak bikin keder yang belakang.” suara lelaki itu kini terdengar kembali, malah nampaknya ia kesal. tapi kali ini nada suaranya berbeda dari sebelumnya ketika ia memapahku ke pinggir jalan.
“ Halo....” ucap laki-laki itu sedikit kesal.
“ Anda masih punya telinga nona dan itu tidak lepas dari kepala anda saat anda jatuh tadi bukan!.” cercahnya lagi.
Aku tersentak mendengar ucapan kasar dari pria asing itu. mendadak darah mahasiswaku mendidih ( aku biasa menjadi orator di setiap aksi-aksi menentang kebijakan pemerintah maklum waktu itu lagi masa idealisme-idealismenya). Lantas dengan lantangnya aku mengeluarkan suara yang tidak kalah meninggi dari pria asing itu.
“ Lha seharusnya anda dong yang hati-hati Bung !, sudah tahu kalau di depan anda ada motor dan kenapa anda malah main serobot saja.”
“ Oh..., rupanya anda tidak gagu toh, malah kini lidah nona lebih lihai dibanding cara mengendarai motor nona yang amburadul.”
“ Apa bung bilang!.” Teriakku sambil membelalakan mata.
“ saya bilang Nona teledor, kenapa tidak memberi aba-aba kalau anda akan berhenti mendadak”
“itu bukan salah saya, anda lah yang pantas bertanggung jawab, kenapa anda tidak mengerem motor anda bung.”
“ Nona memang angkuh.”
“ Ini bukan angkuh bung, ini hanya suatu bentuk penolakan atas penganiyayaan yang dilakukan oleh anda bung.”
Makiku sambil menunjuk splakbord motorku. aneh hari ini karekterku berubah tidak seperti biasanya, padahal kawan-kawan kuliahku menjuluki aku Lady Dayyana lantaran jiwa sosialku yang tinggi. Bahkan karna itu pula aku ditunjuk oleh pihak Rektorat untuk menjadi Miss Humanity untuk berkunjung ke Purwokerto bersama-sama mahasiswa lain kampus, ketika terjadi gempa Bumi yang menelan puluhan nyawa masyarakat, namun anehnya kejadian itu tidak diekspos oleh pemerintah yang saat itu di genggam orde baru ( mungkin takut dibilang tidak becus mengurus negara kali oleh mata dunia). keberanianku timbul dikarenakan takut akan omelan ayah.
“ Nona lihat akibat kecerobohan anda!, pengendara sepeda motor dibelakang saya ikut pula menabrak” tegas laki-laki tersebut.
“ Lho apa hubungannya dengan mereka, toh itu keteledoran anda bung.”
“ uh... nona benar-benar membuat saya kesal.”
“ terserah jika itu menerut bung baik.”
“ silakan nona perhatikan motor di belakng nona, dan nona lihat pula dengan hati nona bukan dengan kepala nona yang keras, seorang ibu yang merintih kesakitan, itu akibat keteledoran nona paham.”
“ Ehm”
Belum sempat aku berbicara aku mengalihkan pandanganku ke sisi kanan ternyata benar apa yang ia katakan, ada tiga bahkan lebih sepeda motor sedang dipapah ke pinggir jalan oleh pengendaranya. kondisinya rusak bahkan lebih parah dari kerusakan yang terdapat pada sepeda motorku, kemudian ada salah satu pengendara wanita yang sudah cukup umur merintih kesakitan saat seorang laki-laki mengurut tangannya, mungkin itu suaminya pikirku.
Ada rasa kasihan dan bersalah saat melihat mereka terutama ibu-ibu tersebut, tapi aku sudah terlanjur kesal dengan pria asing yang tiba-tiba memakiku seenaknya sendiri tanpa memperdulikan aku seorang perempuan. lagi pula aku sudah terlanjur meludah tidak mungkin juga aku menjilatnya kembali pikirkku.
“ Masah bodoh dengan korban yang lain karna itu semua ulah dari anda bung dan kenapa pula anda coba melemparkan kesalahan kepada saya. sekarang terserah anda, mau mengganti kerusakan motorku atau kita ke kantor polisi saja” ucapku diplomatis menahan malu..
“ Nona anda memang benar-benar angkuh dan tak mau kalah.” Jawabnya. setelah menahan nafas ia memulai kembali perkataannya. Aku yang berdiri di depannya hanya diam menantang.
“ Oke terserah jika itu mau anda. yang pasti posisiku benar anda tidak melihat Trafic-light saat anda akan mengerem, sementara lampu sudah merah dan jarak kita hanya satu meter. apalagi situasi saat ini sedang macet. jika saya tidak tadi membanting stir ke kanan. mungkin bisa terjadi kecelakaan yang lebih hebat dari ini. dan mungkin bukan hanya motor anda yang rusak, bahkan nyawa anda juga mungkin akan ikut bablas. karena tindak kecerobohan anda sendiri. gimana nona” ucap laki-laki itu tak kalah diplomatis.
“ Dasar wanita angkuh, kita bawa kekantor polisi saja mas.” Guman seseorang dari samping.
Mendadak massa yang tadi mengngrumuniku saling bergunjing menyalahkanku. Bahkan ada dari mereka yang terang-terangan menyumpah serapahku dengan bahasa-bahasa yang tidak bisa kucerna sedikitpun, mungkin lantaran suara-suara mereka terdengar seperti ribuan lebah yang mendengung. bahkan diriku seperti dijadikan terdakwah yang ada di ruang sidang. Sempat terlintas di benakku untuk lepas dari semua masalah ini dengan kabur dari masalah ini dengan menyetop Taxi, masa bodoh dengan posisi motorku yang cukup jauh dariku. tapi ketakutanku akan banyaknya massa di situ akhirnya pikiran itu hanya melintas saja di benakku aku takut menjadi bantalan emosi massa.
“ sudahlah bung lebih baik kita selesaikan dikantor polisi saja biar perempuan angkuh ini mengganti motor kita semuanya dan dia sendiri mendekam di penjara.” teriak seorang bapak dari belakang.
Rupanya ia juga korban dari tabrakan beruntun ini kataku dalam hati. Kemudian disusul riuh suara massa yang membelanya dan juga korban-korban yang lain.
Aku kembali bertambah kalut, kini keberanianku yang tadi mendadak menghilang begitu saja. sementara aku berusaha untuk menyembunyikan kondisi mukaku yang memerah dan berupaya sekuat-kuatnya untuk menahan tangis. Sekarang dipikiranku benar-benar kosong, aku tidak peduli akan apa yang terjadi atasku. aku sudah pasrah akan apa yang bakal dilakukan massa kepadaku. tanpa kusadari lenganku mulai mengeluarkan banyak darah. Papah tolong aku pah ucapku dari dalam hati.
“ Sudah pak motor bapak tidak terlalu rusak parah hanya perlu getokkan sedikit dan lecet-lecet saja kasihan wanita ini, motornya rusak ditambah lagi lengannya berdarah lebih baik silakan bapak jalan kembali biar saya saja yang menyelesaikan ini” ucap laki-laki itu kepada bapak paruh baya dengan bijaknya.
“ Oh tidak bisa bung kita mesti minta ongkos dari ini semuanya.” Katanya kesal sambil menatapku tajam.
“ Begini saja Pak saya akan kasih kartu nama saya dan nomor telpon saya. Mengenai berapa ongkos motor bapak, bapak telpon saja nanti ke saya. Bagaimana usul saya pak.”
“ yah sudahlah bung terserah anda tapi nomor telpon bung ini asli kan.”
“ Oh yah tentu pak, saya tidak akan bohong.” Kata pria asing tersebut sambil tersenyum manis kepad bapak-bapak tadi. Sebelum bapak itu pergi ia berbicara singkat kepada pria asing itu dan bisa kudengar dengan jelas apa pokok pembicaraannya.
“ Bung saya nitip jangan kasih ampun cewek angkuh ini.”
“ Yah.” Senyum pria asing tersebut.
Aku hanya bisa diam memandang tindakan yang dilakukan laki-laki itu kepada korban yang lain. Beberapa menit kemudian laki-laki itu kembali berbicara, bedanya intonasinya tidaklah setinggi tadi.
“ Masih bersikukuh untuk melanjutkan ini di kantor polisi”
“ Ehm.....” aku masih terdiam
“ Lha kemana kata-kata anda tadi nona.” Sambutnya, aku masih terdiam.
“ Bukankah beberapa menit tadi anda terlihat antusias dan begitu semangatnya membela anda sendiri seakan-akan anda merasa tidak bersalah sedikitpun.” Sindir Pria asing itu.
“Atau aku berikan opsi kedua kepada anda kita menepi di pinggir mengobati luka anda yang mulai mengeluarkan banyak darah itu.”
Melihat aku tetap diam ia kembali berkata.
“ Atau kita kembali keopsi pertama lagi. menyelesaikan masalah ini di kantor polisi.”
Setelah menyelesaikan perkataannya Pria asing itu terdiam cukup lama, entah itu memberikan limit waktu untuk ku agar berbicara atau dia sengaja agar merasa puas mencibirku, aku atak tahu?. andai saja aku berada di kamarku rumahku sendiri, aku pasti akan menangis sekencang-kencangnya menghadapi persoalan yang menyudutkan diriku. Akhirnya setelah cukup lama aku terdiam dan hanya melihat laki-laki itu menatap tajam aku akhirnya mencoba untuk berbicara walaupun dirasa sangat berat.
“ oke saya mengalah.” Ucapku pelan.
“ Maksud anda nona?.”
“ Kita damai saja.” Jawabku enteng.
“ Maaf saya tidak paham dengan kata damai yang anda maksud, apa kata damai yang nona maksud menggampangkan seseorang untuk melupkannya hanya dengan materi.”
“ Atau damai yang nona maksud membawa keluarga anda yang berpangkat ke sini.” Pria itu terdiam sesaat kemudian berkata kembali.
“ Atau nona akan menelpon bapak anda yang ada di luar negri kemudian bapak nona mengutus algojo untuk memukuli saya.”
kini untuk kedua kalinya emosi terpancing oleh kata-katanya. sebelum laki-laki itu kembali menyelesaikan ucapannya, aku sudah memotongnya dengan intonasi tinggi.
“ Diam!.” Sesaat Pria itu nampaknya tercengang dengan teriakkanku. Sebelum pria itu tersadar, aku berkata kembali namun kali ini dengan nada memelas.
“ Maaf saya pilih opsi kedua anda, kita menepi dan mengobati lukaku.”
“ Nah itu lebih baik, ehm tapi aku lihat sepertinya anda....” sebelum laki-laki itu melanjutkan ucapannya aku kembali memotong dengan gondok
“Anda orang yang menyebalkan !.” teriakku
kali ini aku benar-benar sudah tidak tahan, dari mataku menetes kristal bening yang beberapa saat kemudian sudah mengalir membanjiri kedua pipiku. Entah kenapa air mata ini keluar dengan sendirinya tanpa malu akan sorotan mata-mata tajam yang sedari awal memonitor segala tindak tandukku. Bahkan Di benakku kini tergambar seribu karakter buruk yang di miliki laki-laki itu. pasti ia begitu menyebalkan membuat orang emosi bahkan mungkin ibunya sendiri juga.
Pria asing itu terdiam kemudian memuali kembali kata-katanya.
“ maaf Anda salah paham nona maksud saya sepertinya luka anda mesti di perban untuk sementara sekedar untuk menahan pendarahan saja”. Ucap pria itu lembut.
Aku menunduk dan hanya bisa terisak membodohi diriku sendiri, bahkan kini aku tidak punya keberanian untuk meminta maaf apalagi mengklarifikasi perihal kesalah pahaman tadi, aku sudah terlalu telak menuduh laki-laki tersebut. Tanpa ku sadari Tangan laki-laki itu langsung memegang pundakku dan menuntunku ke sebuah kursi milik tukang mie ayam yang terletak pas di pinggir jalan.
“ Maaf nona kalau tadi aku berkata kasar kepada anda aku tidak menyangka anda akan seperti ini.” tanya lelaki itu sambil menyeka air mataku dengan sebuah sapu tangan bermotifkan kembang-kembang yang baru saja ia ambil dari tas gendok berwarana hijaunya.
“ Justru saya yang minta maaf kepada anda bung seandainya anda tidak membela saya di depan orang-orang itu apalah jadinya.” Nada suaraku terpotong-potong menahan isakan.
“ sudahlah lupakan yang sudah terjadi.” Ucap Pria asing itu sambil masih menyeka air mataku yang tidak henti-hentinya keluar dari kedua mata. Setelah selesai ia berkata kembali.
“ maaf saya boleh lihat luka anda biar saya basuh dengan air mineral untuk sekedar membersihkannya sementara.” Aku hanya mengangguk saja pertanda setuju atas usul Pria asing tersebut.
Aku menyodorkan lengan ku yang berdarah kemudian disambut langsung oleh tangan hangat pria asing tersebut, sambil melihat pria itu membasuh lukaku dengan air mineral dan mengikatkannya dengan sapu tangan yang tadi di jadikan untuk menyeka air mataku. Sesekali aku mencuri pandang ke arah wajah pria itu. Sepertinya wajah yang ada di depanku berbeda sekali dengan wajah yang pertama kali aku temui pada beberapa menit yang lalu. Ada suatu rona tersendiri yang terpancar dari wajah itu. Entah apa itu namanya, tapi yang pasti aku merasa hangat dan nyaman dengannya.
“ Yah sudah selesai nona, walau di balut dengan sapu tangan tapi masih bisa untuk menahan pendarahan luka anda sementara” jawab pria asing itu setelah selesai membalut lenganku.
“ Trima kasih bung saya merepotkan bung atas semua ini dan bukannya anda pantas marah atas perlakuanku sepuluh menit yang lalu”. Gumanku pelan sambil menyeka sisa-sisa air mata yang masih menempel di pipi.
“ sudahlah nona untuk apa saya marah kepada anda nona, toh itu semua hanyalah sekenario tuhan. kita hanya menjalani apa yang sudah digariskankan tuhan kepada kita. ” pria itu terdiam. Kemudian aku kembali berkata.
“ Kenapa anda baik terhadapku bung.”
“ Karna nona adalah wanita seperti halnya ibuku.” Jawabnya singkat. Kali ini untuk yang kedua kalinya aku dibikin takjub dengan pria asing yang belum kutahu namanya. Sepertinya ia pria yang sangat mencintai keluarganya pikirku dalam hati, bisa jadi dia tipikal lelaki yng tulus jika mencintai atau bahkan dia tipikal suami yang...?. laki-laki asing itu menyadarkan aku dari lamunan, sebelum aku sempat malanjutkan lamunanku.
“ Kalau boleh tahu rumah anda jauh dari sini nona.”
“ ehm iya. Anda berbicara sama saya.” Aku melihat laki-laki itu kini tersenyum sepertinya ia tahu kalau aku sedang melamunkan sesuatu.
“ Rumah nona masih jauh dari sini.”
“ Oh rumah, tidak begitu jauh hanya beberapa kilo lagi dari sini, anda bung.”
“ Benhil hanya beberapa meter lagi dari sini. Menurut saya sebaiknya anda pulang saja nona, motor anda nampaknya masih bisa di kendarai.”
“ Lantas motor anda bung?.”
“Terpaksa masuk musium alias bengkel.” Jawabnya sambil tersenyum.
“ saya benar-benar merasa malu dengan anda bung, motor anda rusak karna saya, malah tadi anda membela saya di depan bapak-bapak pengendara sepeda motor, ditambah juga anda merelakan sapu tangan anda dijadikan perban lukaku dan menyeka air mataku. Untuk itu ijinkan saya sekedar mengganti rugi dari kerusakan motor anda bung.”
“ Tidak trimakasih nona.”
“ Ayolah Bung sekedar balas jasa saja.” desakku
“ Trimakasih sekali.”
“ Tapi Bung.”
“ Saya akan marah jika anda terus mendesakku untuk menerima ganti rugi dari anda nona.” Gumannya tegas.
“ Maaf kalau tindakan ku salah dimata anda, sekali lagi maaf bung.” Ucapku gagap.
Hebat pikirku. Pria itu benar-benar berprinsip, bijaksana, tegas apalagi setelah kupandang-pandang rupanya ia lumayan ganteng juga. mengenakan kaos kemeja Polo berwarna Crem, dipadu celana bahan berwarna hitam kemudian tas gendok yang dibawanya sepertinya penuh dengan tumpukan buku-buku, terbukti salah satu ujung dari buku terlihat menjembul keluar. Sepertinya dia mahasiswa aktif, dalam artian organisatoris, memiliki IP diatas tiga. Mempunyai kemampuan retorika yang bagus, suka baca, cinta akan sastra. Tapi jangan-jangan dia jadi rebutan cewek-cewek kampusnya juga. Lho aneh kenapa sekarang aku malah memikirkannya yang bukan-bukan. Aku terbengong akhirnya ketika kemudian aku berkata
“ Nona anda pegang pinggangku saja, saya takut anda akan jatuh.”
“ Nama saya Sri Ramahayu Widyatama SP panggil saja saya Rahayu anda mas” ucapku sambil memegang erat pinggang pria itu.
“ saya Santo Prayogo. Rahayu bisa memanggil saya Santo”
oh rupanya laki-laki itu mernama Santo sesuai dengan fisiknya kekar dan nampak bijak pembawaannya, ucapku dalam hati.
“ Rahayu kuliah” tanya Santo.
“ Yah, saya kuliah di kedokteran semester satu mas Santo” sahutku dari belakang
“ Aku Ekonomi semester tiga”
“ Oh calon ekonom rupanya.” Ucapku pelan.
“ Rahayu jangan panggil aku mas dong, fais aku gak kaya mas-mas kan.”
“ Lantas apa doong.”
“ kayanya Bung saja seperti tadi kamu ngajakin berantem.”
“ Uh..” aku mencubit punggungnya dari belakang kemudian diapun berteriak pelan. Aneh padahal aku baru saja berkenalan dengan dia dan itupun masih bisa dihitung dengan hitungan menit, tapi sepertinya ada sesuatu yang membuatku cepat akrab dan membuatku merasa tentram tapi aku masih belum tahu apa itu. Akhirnya suara dari pemilik yang bernama Santo itu memotong lamunanku.
“ panggil Santo saja kok itu terkesan lebih Familier.”
“ Tapi rasanya Rahayu tidak pantas memanggil namanya saja setelah begitu banyak pengorbanan yang mas lakukan buat Rahayu.”
“ Tuh kamu masih membicarakan hal itu lagi, aku gak suka.”
“ Baik-baik pak, tapi lebih cocok kalau panggil Kak Santo saja maukan kaka Santo”
“ Yah terserah tapi sebagai imbasnya aku akan panggil kamu adek gimana”
“ Good Idea.” jawabu spontan.
Sejak saat itulah perjalanan tebet sudirman begitu indah bagiku walaupun Splakbord motor belakang dan stir motor yang kami tunggangi rusak dan situasi masih tetap macet seperti sedia kala tapi tak membuatku gerang kembali.
Besok-besoknya frekuensi perjumpaanku lebih sering dengan kak Santo. Malah hampir setiap malam minggu kalau dia tidak keluar kota, ia selalu menyempatkan untuk datang berkunjung kerumah, sekedar membawakan setangkai mawar buatku dan sebungkus martabak buat ayah. Tanpa kusadari dan kuduga-duga, Setahun kemudian yang paling menghebohkan lagi Ka Santo datang dengan iring-iringan tandjidor, roti buaya, dan seabrek orang-orang untuk melamarku menjadi istrinya. Hari itu untuk pertamakalinya seumur hidup aku dibikin bingung dan senang setengah mati, apalagi setelah mendengar keputusan dari kedua orang tuaku yang menerima lamaran kak Santo aku makin dibikin lebih senang. Akhirnya sebulan kemudian Karena orang tuaku dan orang tua Kak Santo menginginkan yang terbaik buat anak-anaknya, kami merayakan resepsi pernikahan yang begitu mewah dan menghebohkan.
“ Dengarlah mamah sayang, mamah tahu kamu berat untuk melupakan almarhum suamimu, tapi itu semua harus kamu lakukan demi Putrimu sayang” suara mamah terdengar lantang saat kami berkumpul di ruang keluarga, malam itu mamah mengulang pembicaraan setelah kemarin mamah ..........dan ku potong dengan kepergianku ke kamar.
“ Tapi mah, Rahayu tidak bisa, begitu banyak kenangan manis yang tersimpan bersama Ka Santo. Rahayu gak bisa Mah rahayu begitu teramat mencintai KaSanto.”
“ Mamah tahu sayang apa yang kamu rasakan, karna mamah juga wanita sekaligus ibu sama seperti kamu. tapi kamu coba berfikir kedepan apa yang mamah usulkan adalah demi masa depan kamu dan Putri.” Mamah menahan nafas
“ Mamah, Sudah berapa puluh kali Rahayu bilang kalau Rahayu tidak mau dan tidak akan menikah titik.”
“ Dengarkan dulu mamah Rahayu.”
“ Mah.” Bentakku kepada mamah.
“ Kamu memang angkuh dan tidak memikirkan masa depan putrimu.” Mamah terlihat menahan nafas sejenak. setelah itu, mamah kembali berkata kepadaku, namun kali ini mamah sudah benar-benar putus asa, terlihat dari wajahnya yang redup seakan-akan kehilangan sebuah harapan besar yang ia titipkan di pundakku.
“ Baik kalau itu bukan demi massa depan kamu, tapi coba kamu pikir demi massa depan putrimu saja ndo. Seandainya suamimu tahu keputusan kamu, Mamah rasa diapun juga sedih.”
“ Mah tolong jangan bawa-bawa Kak Santo, dia sudah tenang di sana.” Bentakku
“ Apa kamu pikir suamimu akan tenang di surga, mamah tahu siapa itu suamimu dan bahkan mamah sangat mengagumi suamimu, dia orang yang benar-benar bertanggung jawab sebagai suami, begitu menyayangi mamah seperti menyayangi ibu kandungnya sendiri menyayangi keluarga seperti keluarga dia sendiri.” Lirih mamah. Kemudian terdiam sejenak.
“ Keputusan yang mamah ambil bukan berarti mamah tidak mempedulikan suamimu, mamah sudah mengangap suamimu sebagai anak mamah sendiri, mamah sudah jatuh sayang kepadanya”
“ Bohong!, jika Mamah mengangap kak Santo seperti anak Mamah sendiri, biarkan cinta Rahayu hanya untuknya, tanpa ada cinta kedua dihati Rahayu mah.”
“ Bukan seperti itu yang Mamah maksud sayang.”
“ Rahayu tahu apa yang Mamah maksud, sudahlah jangan pakai nama Kak Santo demi memuaskan ambisi Mamah.”
“ Astaga Rahayu, apa yang kamu duga terhadap Mamah.”
“ Semuanya termasuk ...”
Setelah itu aku langsung pergi menuju tangga hendak kekamarku yang terletak pas di lantai satu, sementara nampak pandangan mamah tetap saja meneropong tajam ke arahku. semuanya tidak mengerti perasaanku, baik itu Mamah, Papah, bahkan dunia inipun semuanya tidak mengerti aku. aku seperti hidup diantara manusia-manusia yang tidak mengerti akan pengabdian cinta, mereka semuanya buta, tuli akan sebuah ketulusan cinta yang sengaja aku pertahankan dan hanya aku berikan kepada suamiku seorang.
Setibanya dikamar aku langsung mendekati Putriku yang nampak masih tertidur pulas. Ia begitu tenangnya memeluk bantal guling Hello Kity tidak menyadari jika bundanya yang ia cintai sedang mempunyai beban yang membuatnya rapuh persoalan antara cinta dan realitas. belum sempat aku membangunkannya aku langsung menggendongnya. Lantas karna tindakanku itu putriku langsung menangis terkaget, kuhiraukan tangisan yang keluar dari bibir Putriku aku pergi meninggalkan rumah mamah. sebelum sempat keluar dari pintu aku sudah dihadang mamah.
“ Rahayau mau kemana kamu.”
Aku tetap melangkah keluar tanpa menghiraukan ucapan mamah dan tangisan Putriku yang berada di gendonganku. Nampak mamah kesal melihat tindakan yang kuperbuat kali ini mamah kembali berkata tapi dengan nada emosi yang sengaja dia keluarin setelah kemarin malam ia tahan-tahan.
“ Rahayu apa kamu tidak punya telinga.”
“ Mah biarkan Rahayu tidak punya telinga, sedangkan seluruh penghuni rumah ini yang tidak punya hati!.”
“ kamu!.” Teriak Mamah sambil menunjuk.
“ Hayu sudah benar-benar muak dengan suasana rumah ini.”
“ Rahayu kamu memang anak yang tidak tahu balas budi, anak durhaka kamu.” Aku tetap melangkah sambil meneteskan air mata kemudian ucAp mamah kembali
“ Pergi kamu yang jauh tapi kamu jangan pernah menyesal jika seperginya kamu dari sini kamu hanya akan mendengar kematian mamah.”
Aku terus melamun sambil memegang kemudi kembali terdiam manatap mamah dengan penuh perasan kenapa mamah wanita tapi tidak merasakan apa yang aku alami
kali ini oarangtuaku
melankolis..........(cerita ini belum pernah gw lanjutin lagi hampir 3 tahun terbengkalai entah kenapa gw gak tahu? tapi yang pasti cerita ini gw suguhin buat dia yang dulu pernah masuk ke hatiku, dan sempat buat gw seperti angin, burung bahkan belatung-belatung yang menjijikan).

Merpati tak selamanya jujur

Sepasang merpati bertengger di reranting pohon kamboja, keduanya nampak asik bercengkrama dalam suka. Di bawah hamparan lazuardi membiru keduanya saling mengungkapkan cintanya, di selingi cekikikan manis di celah-celah dedaunan yang memerah cerah. Bulu-bulu putih contras dengan warna putih bunga kamboja menambah indah suasana itu. mereka terbuai uleh cinta tak meraskan walaupun dibawahnya berderet kuburan manusia tertata rapi. Dan akhirnya merpati betina berguman.
“ Oh betapa indahnya hari ini kasihku.” Guman merpati betina, sambil bersender di bahu merpati jantan.
“ Yah seindah rupamu, sewangi aroma tubuhmu dan sesuci bulu-bulumu kasihku.” Merpati jantan menciumi jambul merpati betina dengan mesranya.
“ Apakah cintamu seputih bulu-bulu kita kasihku.” Guman kembali merpati betina.
“ Tentu kasihku.”
“ Tapi aku takut kau sekedar mempermainkanku saja.” Rintih merpati betina.
“ Kenapa kau berkata seperti itu!, bukanya kau telah tahu betapa besar cintaku padamu kasihku.” Merpati jantan menatap merpati betina.
“ Tapi aku masih sangksi dengan segala yang kau utarakan.”
“ Percayalah padaku kasihku. bukakah cinta di landasi atas dasar saling kepercayaan.”
“ Yah aku setuju dengan itu!, namun seberapa besarkah cintamu padaku. Aku sendiri masih meragukannya.”
“ Sekali lagi kau masih ragu dengan cinta suciku kasihku.”
“ Maaf Cuma lebih meyakiniku bahwa aku tak salah memilih dan berkorban segalanya untuk mu.” Guman merpati betina.
“ Baiklah kalau kamu ingin melihat seberapa besarnya cintaku padamu.”
“ Yah”
“ Aku akan terbang melewati samudra hindia dan bertengger di atasnya, akan ku bawakan setangkai bahkan bertangkai-tangkai bunga Adelwaish dari puncak gunung itu, Jika kau minta akan ku bangun sebuah fenomena baru di dunia ini melebihi apa yang telah di buat Syeh Jehan dengan Tajmahalnya, atau aku perlu menengguk racun mematikan seperti yang dilakukan Romeo demi bentuk cintanya pada Juliet. Aku sanggup melakukannya itu semua kasihku demi kau.”
“ Sst..!, bukan seperti itu yang aku mau.”
“ Lantas”
“ Aku hanya mau mendengar sebuah kata keluar dari mulutmu.”
“ Kata apa yang mesti aku ucapkan kasihku.”
“ Kau hanya cukup mengatakan akan selalu mencintaiku dalam suka maupun duka dan bersama mengarungi hidup baik pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda.”
“ Hanya itu aku sanggup sayangku.”
“ Yah sekarang buktikan dengan ucapanmu”
“ Aku akan selalu mencintaimu dalam suka maupun duka dan bersama mengarungi hidup baik pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Apa itu cukup memuaskanmu kasihku.”
“ yah...”
Suasana nampak hening untuk beberapa saat, hanya bunyi dahan pohon yang bergesekan tertiup angin menjadikan suasana yang lain di hati kedua merpati tersebut. Menit-menit selanjutnya terdengar kembali suara melankolis merpati Jantan terdengar merdu dan syahdu di telinga sang Betina.
“ Kasihku, setelah apa yang kau utarakan tadi. bolehkah aku bertanya sebagai orang yang kau cintai.”
“ Apakah gerangan yang akan kau tanyakan padaku kasihku.”
“ Apakah kau sungguh-sungguh mencintaiku?.” Pertanyaan Merpati jantan.
“ Haruskah itu yang kau tanyakan.”
“ Sekedar lebih meyakiniku bahwa aku tak salah memilih dan berkorban segalanya untukmu.”
“ Baiklah apa yang kau minta dariku!. Apakah aku mesti terbang kehimalaya mencarikan Adelwaish untukmu kasihku, atau aku mesti membangun istana megah melebihi kemegahan Tajmahal?.”
“ Bukan” jawab singkat sang Jantan.
“ Apakah aku perlu meneguk racun yang sama diminum Juliet?.”
“ Bukan juga.”
“ apakah aku harus mengatakan akan selalu mencintaimu dalam suka maupun duka dan bersama mengarungi hidup baik pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda?.”
“ Bukan itu semua yang kumau darimu kasihku.”
“ Lantas?.” Suara merpati betina meninggi.
“ Aku hanya ingin tubuhmu.” Seolah tersambar petik yang begitu dahsyat. sang merpati betina hanya diam membisu.nampak dari kedua celah matanya keluar cairan kristal bening kemudian menetes membasahi pipinya. Selang beberapa menit kemudian, sang merpati jantan kembali berucap kepada merpati betina dengan begitu lembut dan meyakinkannya.
“ Perlu kau tahu kasihku cinta itu bukan sekedar dilandasi ikatan batin belaka, cinta perlu sebuah ikatan raga yang didalamnya terdapat rasa kepercayaan. Perlu kau tahu juga, cinta yang suci adalah dimana dua hati saling memiliki, dan merasakan.”
“ Tapi apakah cinta hanya didasari hubungan raga untuk membuktikan seberapa besarnya cinta seseorang pada kekasihnya.” Ungkap dalam merpati betina.
“ Tidak juga. Tapi cinta butuh realitas bukan retorika kasihku.”
Merpati betina kini kalut, di otaknya hanya ada iblis membujuk ketimbang malaikat putih bersayap.
“ Itu terserah kamu kasihku, aku bukanlah menjual mimpi ataupun sekedar mempermainkanmu, tapi aku hanya ingin meyakinkan diriku saja bahwa kau sungguh-sungguh mencintaiku, dan rela memberikan apa saja dan segalanya buat orang yang kau cintai. Kau tahu kasihku hidup begitu singkat untuk dijalani dengan pilihan yang salah. Untuk itu yakinkanlah aku jika kau bukanlah pilihan yang salah buatku kasihku. ”
“ Ehm...?” bentuk diam betina.
“ Baiklah kasihku. Namun sebelum apa yang nanti ku berikan padamu apakah kau akan tetap berkomitmen dengan apa yang kau ucapkan tadi kasihku.”
“ Aku adalah pejantan yang pantang ingkar janji. jika itu belum cukup meyakinkanmu belahlah dadaku dan lihat apakah hati kecilku berbohong kasihku. Atau jika kau berfikir bahwa aku akan terbang dan mencari merpati yang lain, cabut semua bulu-bulu yang ada pada kedua sayapku ini agar aku tak bisa terbang dan berkesempatan untuk mencari yang lain.”
“ Cukup kasihku kau sudah terlalu meyakiniku. kini peluk aku, pagut aku sepuasmu, dan tebarkan kehangatan cintamu jangan kau biarkan seonggok tubuh ini terlewatkan.”
“ Tentu tak mungkin kulepaskan waktu tanpa menyentuhmu kasihku.”
Seketika sepasang burung merpati berpagutan dalam kecamuk birahi yang menggelora. sayapnya berkepakan tak beratur, sementara ekor-ekornya terangkat tinggi-tinggi, paruhnya berlelehan liur, di sekitarnya dahan-dahan bergoyang, daun berterbangan menjauh, langit pucat pasi, dan sang matahari meredupkan sinarnya seakan enggan melihat kejadian memuakan tersebut.
Sesaat sepasang merpati tenggelam dalam gelora yang menyelimuti diri mereka berdua, mereka tak menyadari sepasang mata tajam telah lama mengintai di celah-celah dedaunan yang mulai menguning.
Belum juga kedua burung itu tersadar dari lautan nafsu yang menenggelamkan mereka, sepasang mata tersebut melejit menerkam, meyergap bersamaan keterkejutan sepasang burung yang berusaha secepat kilat meloloskan diri. Tapi naas hanya satu dari kedua burung itu yang berhasil lolos dari cengkraman maut. Sang merpati betinalah yang tertangkap ia kurang mujur sewaktu terkaget ia lamban untuk terbang sementara si pejantan lebih dulu terbang tanpa memberi aba-aba. Kasihannya kini ia dalam lilitan maut sang ular. berkali-kali ia mencoba berontak namun tenaga yang dimiliki merpati betina tidak sebanding dengan tenaga sang ular. malah sekarang lilitan ular bertambah keras melilit meremukan tulang belulang merpati betina.
Merpati jantan yang selamat dari maut kini mendarat bertengger pada batang pohon yang tidak jauh dari pohon tempat dimana mereka bermadu kasih. Sepasang mata merpati jantan menerawang ke arah kekasihnya dengan tatapan yang tajam, namun setelah melihat kekasihnya merintih kesakitan dililit Ular yang melebihi dari besar badannya sendiri ia hanya merinding merasakan sakit dan ngeri yang dialami kekasihnya. Namun lain yang dirasakan sang betina melihat kekasihnya bertengger memperhatikan di pohon sebelah, si betina cukup tenang karna dia pikir kekasihnya akan segera menolongnya dari cengkraman maut sang Ular.
“ Tolong aku kekasihku aku sesak tak bisa bernafas!.” Teriak merpati betina.
“ apa yang mesti aku perbuat untukmu kaksihku.” Jerit sang Jantan.
“ Terbanglah kemari patuk dengan paruhmu kepala ular ini, cengkram tubuhnya dengan kedua cakar kokohmu, kemudian bawa aku terbang bersamamu.”
“ Tapi...?.”
“ Apa yang membuatmu ragu kasihku, cepatlah aku sangat membutuhkanmu!.” Sang Jantan hanya termanggu saja mendengar erangan memelas dari kekasihnya, ia tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. Dan pada akhirnya setelah beberapa menit kediamannya ia mulai berkata.
“ Maafkan aku kasihku, mustahil aku bisa menyelamatkanmu dan mengalahkan ular yang begitu besar itu!.”
“ Kenapa kau berkata seperti itu kasihku!, setelah apa yang aku berikan untukmu, mana komitmenmu!, mana kesetiyaanmu!.” Jerit sang Betina.
“ Aku paham itu kasihku.”
“ Lantas apa yang kau tunggu lagi cepat selamatkan aku!, aku mulai sesak!.”
“ Beribu-ribu maaf aku ucapkan kepadamu kasihku, berjuta-juta pembodohan aku berikan pada diriku sendiri kasihku. aku memang pengecut, aku hanya merpati yang lemah lagi tak berdaya. terbang menyelamatkanmu saja aku tak berani. Sebelumnya aku hanya ingin kau tahu ada hal-hal yang tidak mungkin dijawab oleh cinta, termasuk masalah maut.”
“ Jadi!, yang sedari tadi kau ucapkan dan yang kuberikan itu semuanya adalah!, BANGSAT !!!!!!!!!.”
Tanpa menghiaraukan rintihan jeritan betina, pejantan terbang menjauh meninggalkan betina, namun sebelum jauh ia terbang sesosok burung cantik berwarna merah keemasan melintas pada lajur yang sama. insting kehewanannya merespon, tanpa pikir panjang dikejarnya burung itu sambil bersiul menggoda.
Ular hanya geleng-geleng kepala melihat kejadian tersebut. Sesaat sebelum ia menelan mentah-mentah si betina yang sudah tak bernyawa, ia berceloteh kecil.
“ Cinta Tai Lutung.”


Ciputat 2004

Jumat, 15 Mei 2009



CINTA PLATONIC

Siapa yang tak kenal dengan Kahlil Gibran? “Sang Nabi” dari Libanon ini terkenal dengan romantisme yang tertuang dalam cerita dan sajak-sajaknya. Namanya telah melegenda sebagai seorang penulis yang mampu mengeksplorasi perasaan menjdi untaian kata-kata yang mendayu indah. Ia mampu membangkitkan sudut terindah hati pembacanya melalui metafora-metafora yang –bisa dikatakan- terilhami oleh keindahan alam. Tak hanya tentang kebahagiaan, ia juga mampu menghidupkan rasa duka mendalam, hingga tak jarang mengundang air mata. Pertanyaan sederhana barangkali muncul; dari manakah ia memperoleh inspirasi

Tak dapat dipastikan dari mana Gibran memperoleh ide untuk kata-katanya yang lihai itu. Barangkali sudah merupakan bakat alami. Namun mengenai kata-kata romantis dan atau sajak-sajak yang indah, ada suatu pendapat yang menyatakan bahwa seseorang yang sedang jatuh cinta atau sedang melakoni percintaan cenderung mempunyai kemampuan untuk merangkai kata-kata yang aduhai. Dan mengenai Gibran sendiri, tak banyak cerita yang terungkap tentang perjalanan cintanya. Kalaupun ada, para penikmat karyanya hanya bisa menebak melalui tulisannya.

Suatu riwayat menyatakan bahwa “Sang Nabi” ini pernah menjalin cinta dengan seorang wanita yang bernama May Ziadah, atau yang sering dipanggil Mary. Masa itu, Mary adalah seorang yang kritikus sastra. Ia sering mengkritik karya-karya yang baru diterbitkan, terutama karya Gibran. Dari kesukaannya itu, ia kemudian mengirmkan surat kepada Gibran yang berisi tentang kritik terhadap tulisan-tulisan Gibran.

Gibran tentunya senang karena memperoleh kawan yang bisa diajak berbagi. Dari itulah kisah Gibran dan Mary berawal. Anehnya, disebutkan bahwa antara Gibran dan Mary tidak pernah bertatap muka. Mereka hanya saling bertukar kabar melalui surat. Hal ini dapat dilihat dalam kumpulan surat cinta Kahlil Gibran. Disana dicantumkan sejumlah surat dari Gibran kepada Mary yang berisi tentang kata-kata yang –tetap- berbunga-bunga. Disebutkan juga bahwa suatu ketika Gibran melarang Mary untuk mengirimkan fotonya. Benar-benar aneh.

Barangkali seperti itulah Gibran. Memilih untuk melakoni cinta platonik. Cinta tanpa tatap muka. Cinta tiada bersua. Cinta yang hanya terukir melalui kata-kata dalam selembar surat.

Gibran ternyata bukan satu-satunya manusia yang melakoni cinta platonik tersebut. Di zaman modern saat ini, ternyata ada banyak orang, terutama remaja, yang terjebak untuk menjalani cinta seperti itu. Hal ini didukung oleh perkembangan teknologi. Benar, sudah menjadi rahasia umum kalau pada masa ini banyak remaja yang menjalin hubungan melalui sekerat pesan di ponsel alias HP.

Kemajuan teknologi saat ini memang telah memberikan dampak yang luas, baik positif maupun negatif. Mudahnya mengoperasikan alat komunikasi menyebabkan seringnya terjadi kesalahan. Dan kesalahan itu sering menjadi awal yang menyenangkan. Sebuah kesalahn yang indah.

Dengan alasan salah pencet nomor, seorang pemakai HP, terutama remaja, bisa berkenalan dengan pemakai HP lainnya. Mujurnya, jika orang yang menerima pesan tersebut merupakan lawan jenis, maka pucuk dicinta ulam pun tiba. Apalagi jika kato bajawek, gayuang basambuik. Biasanya, dari situlah semuanya berawal. Melalui kata-kata, tanpa bertatap muka, jadilah dua insan saling percaya.

Jika di-analogi-kan dengan kisah Gibran, tentunya cerita seperti diatas tidak jauh berbeda. Hanya bedanya, semasa Gibran media yang dijadikan untuk bertukar kabar adalah surat, sementara di-era modern ini media yang digunakan adalah HP.

Remaja yang terlibat cinta platonik cenderung rela menghabiskan phone-creditnya hanya untuk membalas kabar dari sang pujaan yang ngakunya juga mempunyai perasaan yang sama. Tak jarang mereka saling telpon-telponan. Setelah itu, keduanya akan saling tersenyum mulailah membayangkan si dia meski hanya sebatas khayalan.

Hubungan seperti ini bisa saja dianggap menguntungkan karena mereka yang menjalaninya tidak terlibat kontak langsung. Sehingga semua konotasi negatif yang berhubungan dengan pacaran bisa dihindarkan. Namun disisi lain, menjalin hubungan ala cinta platonik bisa jadi akan menimbulkan masalah bagi pelakonnya, karena bukti nyata tentang kebersamaan mereka tidak pernah ada. Siapa yang dapat menjamin kalau semua cerita dan informasi yang “si dia” berikan benar adanya. Siapa juga yang bisa menjamin kalau perasaan “si dia” persis sama. Jangankan belum pernah bertemu, mereka yang sering bertatap muka pun tak bisa dipastikan perasaannya, karena jika berbicara tentang perasaan itu artinya berbicara tentang hati. Dan yang bisa mengetahui isi hati seseorang hanya si pemilik hati itu sendiri dan Yang Diatas.

Dilain pihak, hubungan seperti diatas bisa saja bermuara pada kekecewaan karena gambaran yang diperoleh melalui pesan di HP bisa saja berbeda dengan kenyataan. Interpretasi yang muncul dari uraian kata-kata bisa salah. Lebih jauh, harapan untuk kecewa akan lebih besar jika mereka yang melakoni cinta platonik berorientasi kepada fisik. Maksudnya, siapa yang dapat menjamin kalau “si dia” diseberang sana mempunyai fisik seperti yang diharapkan.

Memang, selalu ada hitam-putih dalam hidup, bahkan untuk menjalani cinta platonik saja ada baik-buruknya. Sebagai makhluk yang dilengkapi dengan akal dan pikiran serta perasaan, sudah sepantasnya jika semua itu dipertimbangkan. Ketika perasaan menyatakan bahwa “si dia” adalah orang yang tepat, orang yang selama ini dicari, maka akalpun harusnya bisa diajak bekerjasama. Pikirkan lagi, apakah semua yang tertera dalam pesan tersebut benar adanya.

Untuk kasus ini, baiknya remaja bercermin pada kisah Gibran. Sekalipun Gibran tak pernah bertemu dengan si Mary, hal itu tidak memberatkannya. Bahkan dengan hubungan seperti itu, Gibran bisa me-menej perasaannya. Sebagian karya Gibran bisa jadi merupakan cerminan kisahnya sendiri. Ia mampu menghidupkan imajinasi dari penggalan cerita cintanya. Sehingga kemudian menghasilkan karya-karya yang mendunia dengan ciri khas romantisnya.

Hal ini tentu saja tak hanya bisa dilakukan Gibran. Mereka yang terlibat cinta platonik bisa saja melakukan hal yang sama dengan “Sang Nabi” tersebut. Mereka dapat mengolah perasaan menjadi sajak-sajak yang menyentuh atau alur cerita yang mendalam daripada bermenung ria membayangkan “si dia” disana, yang belum tentu memikirkan “si aku” disini.

Dengan berimajinasi bebas para pelakon cinta platonik harusnya mampu merangkai harapan-harapannya. Mampu membangun dunia yang tak hanya disimpan sendiri tapi juga bisa dinikmati orang lain. Imajinasi bebas juga tidak menutup kemungkinan bagi para pelakunya untuk membayangkan akhir kisah tersebut. Tidak hanya akhir yang bahagia, tapi juga ending yang bisa saja duka. Dengan demikian, ada kesiapan mental saat menerima “kenyataan tak selamanya seperti yang dibayangkan”. Bagaimanapun, pelaku cinta platonik, khususnya remaja, masih memiliki jalan yang panjang. Tak hanya sekedar memikirkan hubungan yang belum tampak ujungnya.

Dan, diriwayatkan pula, Kahlil Gibran dan May Ziadah tak pernah bersatu.



Rabu, 13 Mei 2009


KOMPAS.com — Rani Juliani mengidolakan kupu-kupu. Di pinggang seksinya, sebuah tato bergambar kupu-kupu terkadang menyembul dari balik kaus pendek yang dipakai Rani. Halaman depan blog milik Rani juga dipasang logo kupu-kupu besar warna biru.
Kupu-kupu ini identik dengan logo kelompok Slank yang getol mendukung KPK dalam memberantas korupsi. Bahkan, dua kali Slank tampil di KPK untuk memberi suport bagi Ketua KPK Antasari Azhar dkk dalam melawan koruptor.

Dikenal sebagai seorang caddy primadona di Padang Golf Modernland, Rani sadar dirinya memiliki postur tubuh ideal. Selain parasnya yang cantik, perempuan yang diduga terlibat cinta segitiga dengan Ketua KPK nonaktif Antasari Azhar dan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen itu, juga dikenal paling jago mendekati player atau pemain golf.

Sejak menikah siri dengan Nasrudin pun, Rani terlihat makin aduhai. Dia kerap mengenakan pakaian-pakaian seksi yang mempertontonkan keindahan tubuhnya. "Setelah menikah dia sering pake baju-baju seksi. Yang you can see lah atau celana pendek yang segini (sembari menunjuk paha)," ungkap seorang tetangga Rani, yang ditemui Persda Network di depan rumah Rani di Jalan Kampung Kosong, Panunggangan, Tangerang, Banten.

Penampilan seksi bukan satu-satunya hal yang menjadi perhatian warga di sekitar tempat tinggal Rani. Ada sebuah tato di bagian pinggang belakang Rani yang juga menjadi sorotan. Tato bergambar kupu-kupu terlihat saat warga melihat Rani mengenakan pakaian yang sedikit minim.

"Pokoknya setelah menikah, penampilannya berubah. Tambah bahenol. Soal tato juga itu bener ada di bagian (pinggang) belakangnya," kata perempuan yang enggan menyebutkan namanya itu.

Informasi yang beredar, tato kupu-kupu milik Rani merupakan suatu ekspresi kekagumannya terhadap Ketua KPK nonaktif Antasari Azhar. Mengapa kupu-kupu? Binatang itu identik dengan grup musik Slank yang menjadi ikon KPK. Dan pada saat itu KPK dipimpin Antasari, Slank sudah dua kali manggung di Gedung KPK.

Gambar kupu-kupu juga menjadi gambar yang paling menonjol di blog pribadi Rani. Membuka blog yang terdaftar di blogspot.com tersebut maka akan terlihat sebuah kupu-kupu di bagian atasnya. Gambar kupu-kupu itu cukup besar sehingga menarik perhatian. Apalagi dengan warna biru yang terpadu begitu indah.

Kakak tertua Rani, Erwin Budi Riansyah, mengatakan, kalau Rani terlebih dahulu mengenal Antasari sebelum akhirnya menikah siri dengan Nasrudin. Rani kenal Nasrudin di lapangan golf di Padang Golf Modernland Tangerang. Sayangnya, Erwin masih enggan memberikan keterangan lebih jauh tentang adiknya. Kepada wartawan, Erwin menjanjikan konferensi pers pada Minggu (10/5) di kediaman orangtuanya di Jalan Kampung Kosong, Panunggangan, Tangerang.

 
klik di sini dunk